Karena serangan jantung yang begitu hebat Pak Umar meninggal diperjalanan ketika hendak dibawa kerumah sakit. Hal ini menyebabkan Teguh anak lelaki yang tertua merasa sangat terpukul dengan sepeninggal ayahnya.
Teguh bagaikan kerasukan setan ketika ia menegur ibunya yang terpaksa harus berjualan nasi demi untuk menyambung hidup dan meneruskan biaya sekolah Teguh dan adiknya Rina. Teguh tidak setuju kalau ibunya harus melakukan hal itu, terlebih lagi ketika ibunya mengatakan kalau ia tidak dapat membiayai uang kuliahnya. Teguh kesal dan mengamuk sejadi-jadinya sampai mengeluarkan kata kata makian kepada Tuhan.
Menurut Teguh ayahnya sangat taat kepadaNya, tetapi kenapa Ia tega memanggil ayahnya. Rina dan ibunya menjadi sangat ketakutan dan heran melihat tingkah Teguh yang marah marah didalam kamarnya sambil memaki-maki nama Tuhan. Bersamaan dengan itu tiba-tiba angina bertiup sangat kencang dibarengi dengan bunyi petir yang seolah-olah hendak menyambar seisi rumah itu.
Kini Teguh bukan seorang Teguh yang begitu alim dan sangat tekun beribadah. Ia kini sering menjalani pekerjaan-pekerjaan yang dilarang oleh agama, berjudi dan mabuk-mabukan. Akhirnya Teguh terlibat perkelahian dengan seorang sopir angkot dan ia nyaris meniggal karena dikeroyok sopir angkot.
Teguh yang merasa tidak terima atas perlakuan itu menaruh dendam terhadap orang-orang itu, ia merencanakan membunuh sopir angkot itu. Sambil menghunuskan golok Teguh berhasil membunuhnya. Tidak sampai disitu saja Teguh pun mendapatkan bisikan setan untuk mengejar kekayaan melalui jalan pintas, kini ia telah terikat suatu perjanjian dengan setan dan sepertinya Teguh telah melangkah terlalu jauh.
Akankah Teguh selamanya mesti menjadi budak setan dengan upah kekayaan yang melimpah ruah namun mesti kehilangan iman dan jiwanya?