Tahun: 1986
Kategori: Aksi
Tanggal Rilis:
Sutradara: E.G Bakker
Aktor: Barry Prima, Advent Bangun,Dicky Zulkarnaen,Kaharudin Syah,Harry Capri
Facebook:
Twitter:
Dalam pasukan Letnan Widodo terdapat peleton di bawah Serma Hasyim yang cukup terkenal karena keberanian dan hasil yang selalu diperolehnya dalam serangan-serangannya terhadap pasukan Belanda. Dan sudah menjadi kebiasaan bila dalam peperangan itu ada yang gugur maupun luka-luka. Kini pada peleton Serma Hasyim mendapat tambahan tenaga sebagai pengganti yang gugur. Ia adalah kopral Abimanyu. Walau dalam peperangan, kopral Abimanyu selalu rapi sehingga menjadi bahan ejekan teman-temannya.
Di lain pihak pempinan tentara Belanda di wilayah mana Letnan Widodo beroperasi yaitu Kapten Wisseling menjadi sangat marah manakala melihat begitu banyak korban baik nyawa maupun peralatan perang yang diderita oleh pasukannya akibat serbuan TNI. Maka untuk membalasnya Kapten Wisseling merencanakan untuk membumi hanguskan daerah dimana diperkirakan pasukan Republik berada. Namun hal tersebut ditentang oleh bawahannya yaitu Letnan Schuurman. Letnan Schuurman memberikan alasan bahwa bila hal itu dilaksanakan maka Belanda akan menderita kerugian moril di mata dunia internasional karena akan dicap sebagai pembantai yang kejam maupun penjahat perang. Akhirnya Kapten Wisseling menerima alas an ini dan kini mereka mencari jalan lain untuk menghancurkan pasukan Republik.
Suatu hari Kapten Widodo mendapat laporan bahwa Desa Margasari telah dihancurkan oleh pasukan Belanda. Dan untuk menyelidiki kebenaran ini dikirimnyalah peleton Serma Hasyim. Dan ketika peleton Serma Hasyim tiba di lokasi maka memang benar apa yang telah dilaporkan pada Kapten Widodo itu. Dimana-mana terlihat puin-puing dan api yang masih menyala akibat penghancuran itu. Demikian pula masih ada mayat-mayat yang bergelimpangan akibat perbuatan pasukan Belanda.
Dan ketika pasukan Serma Hasyim sedang memeriksa kejadian itu terdengar tembakan senapan mesin yang ditujukan pada mereka yang datang dari arah sebuah rumah. Kini diatur suatu rencana untuk membungkam sarang senapan mesin itu. Namun betapa mereka heran manakala mereka mendobrak pintu rumah maka didapatinya mayat-mayat serdadu Belanda dan Kopral Abimanyu yang tengah membersihkan pisaunya dari darah-darah serdadu Belanda yang dihabisinya. Kini teman-temannya dalam peleton Serma Hasyim mulai menaruh rasa hormat dan simpati pada Kopral Abimanyu setelah melihat apa yang telah dilakukannya.
Namun suatu saat, peleton Serma Hasyim mengalami masa suram akibat perbuatan mata-mata musuh. Dan hal ini sebenarnya sudah ada dalam firasat Kopral Abimanyu namun sukar untuk mengatakan pada Serma Hasyim yang sangat percaya pada setiap apa yang didengarnya. Dan ketika Serma Hasyim merasakan betapa hancurnya perasaannya melihat nasib peletonnya maka ia pun merencanakan suatu serbuan ke markas Belanda sebagai balas dendam atas tewasnya teman-temannya.
Belum lagi persiapan untuk menyerbu markas Belanda dilaksanakan, kini markas pasukan Republik telah diserang oleh pesawat cocor merah dimana markas tersebut dihujani tembakan senapan mesin dan bom. Kerusakan terjadi dimana-mana. Kini Letnan Widodo beserta segenap pasukannya bertekad untuk menyerang langsung markas Belanda yang terletak di bukit kapur. Dan saatnya pun tiba dimana dengan pasukan yang masih tersisa dan senjata hasil rampasan dari Belanda mereka menyerbu langsung ke markas Belanda yang ada di bukit kapur itu. Dan tanpa setahu atasannya, Kopral Abimanyu telah mendahuluinya dengan memasang bahan-bahan peledak di sekitar markas Belanda.
Tembak menembak tak dapat dihindari. Pertempuran pun berlansung dengan seru dan singkat dimana dengan senjata pelempar roket hasil rampasan dari Belanda, pasukan Letnan Widodo berhasil menghancurkan markas Belanda itu.